Berkarya dengan Sabar, Amit Silver Hasilkan Cincin Perak yang Banyak Dicari di Bandarampung

KRAKATAU.ID, BANDARLAMPUNG — Di dunia perak, ada satu nama yang cukup dikenal, yaitu Sumitra, atau yang lebih akrab disapa Amit Silver. Pria asal Bandar Lampung ini telah lama menggeluti dunia kerajinan perak, khususnya dalam pembuatan emban cincin perak, yang merupakan cincin penyangga batu akik. Sejak pertama kali terjun ke dunia perak pada awal 2000-an, Amit Silver telah menghasilkan berbagai karya berkualitas yang kini banyak dicari.

Pada Kamis (30/1/2025), Krakatau.id berkesempatan mengunjungi kediamannya di Gulak Galik, Teluk Betung Utara, Bandar Lampung. Dalam perbincangan tersebut, Amit bercerita mengenai perjalanan panjangnya dalam menggeluti dunia perak.

“Saya mulai sekitar tahun 2003/2004. Awalnya bekerja sama dengan orang lain, bergabung dengan Imron Silver yang mengajari saya. Saya bersama beliau cukup lama, kurang lebih lima tahun,” kenang Amit.

Mengapa permintaan emban cincin perak semakin meningkat? Menurut Amit, selain karena harganya yang terjangkau, kualitas hasil karya seorang pengrajin juga menjadi faktor utama. Cincin emban perak bisa menjadi pilihan bagi banyak orang karena tidak hanya indah, tetapi juga fungsional sebagai penopang batu akik. Namun, di balik keindahan dan fungsinya, proses pembuatan emban cincin perak tidaklah mudah.

“Kesulitannya sebenarnya ada di teknik, dari peleburan hingga penempaan, semuanya membutuhkan keterampilan dan kesabaran. Hal utama yang dibutuhkan untuk terjun ke dunia ini adalah sabar. Kalau tidak punya kesabaran dan hobi yang kuat, hasilnya juga tidak akan maksimal,” tutur Amit sambil tersenyum.

Selain keterampilan, pengalaman juga memegang peranan penting dalam pembuatan emban cincin perak.

“Semakin sering membuat cincin, semakin kita mengenal berbagai jenis batu akik. Itu yang membuat kita semakin terampil. Pengalaman itu datang dengan sendirinya,” ujarnya.

Terlebih lagi, dalam pengerjaan cincin dengan batu akik yang mahal, seperti jenis kali maya atau jamrud, dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian ekstra.

“Kalau batu yang digunakan mahal, seperti batu musafir atau jamrud asli, kita harus lebih hati-hati. Pengerjaannya pun bisa memakan waktu lebih lama. Kami harus bertanggung jawab penuh atas batu yang dipilih. Jadi kalau ada kerusakan, itu bisa menjadi risiko besar,” jelas Amit.

Bahkan, bila harga batu terlalu mahal atau pengerjaan dianggap terlalu berisiko, ia memilih untuk menyerah.

“Kadang kalau saya merasa tidak sanggup, saya akan memberi penjelasan kepada pelanggan dan tidak melanjutkan pekerjaan itu. Ini penting untuk menghindari masalah di kemudian hari.”

Bicara soal harga, Amit menjelaskan bahwa biaya pembuatan cincin perak bergantung pada model dan ukuran batu yang digunakan.

“Untuk cincin couple misalnya, saya mematok harga Rp200 ribu per cincin. Sedangkan untuk cincin dengan batu, harga bisa bervariasi, tergantung pada ukuran batu dan modelnya mulai dari Rp500 ribu,” jelasnya.

Meski harganya terjangkau, Amit memastikan kualitasnya tetap terjaga. “Jangan khawatir soal harga. Saya perhitungkan semua, dari batu hingga modelnya, jadi semuanya sesuai dengan keinginan pelanggan.”

Dalam hal desain, Amit lebih mengutamakan model-model standar dan gambar yang mudah dikerjakan.

“Saya lebih suka membuat cincin dengan model standar. Kalau untuk cincin karawam, saya kurang berpengalaman karena itu bukan bidang utama saya. Karawam biasanya banyak dikerjakan pengrajin dari Cirebon,” ungkap Amit.

Setiap emban cincin yang dihasilkan oleh Amit Silver memiliki keindahan dan ketelitian yang tak dapat dipandang sebelah mata. Dibutuhkan sabar dan kecintaan terhadap pekerjaan ini untuk menghasilkan cincin yang berkualitas. Amit membuktikan bahwa kesuksesan dalam bidang kerajinan perak bukan hanya tentang keterampilan, tetapi juga tentang dedikasi, kesabaran, dan kecintaan terhadap seni.

Kini, dengan pengalamannya yang luas, Amit Silver terus mengukir prestasi di dunia perak dan mendapatkan tempat di hati para penggemar perhiasan perak.***