Oleh : Eddy Aqdhiwijaya, Ketua Gerakan Islam Cinta
KRAKATAU.ID, JAKARTA — Sejak kemarin, media sosial kita dipenuhi dengan pemberitaan kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia.
Setelah 35 tahun, Indonesia kembali mendapatkan kunjungan kehormatan dari pemimpin tertinggi Gereja Katolik.
Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia disambut dengan penuh suka cita oleh masyarakat tak terkecuali anak-anak.
Diusianya yang ke 87 tahun, Paus Fransiskus melakukan perjalanan apostoliknya di kawasan Asia Pasifik pada September 2024, dan Indonesia menjadi negara pembuka dalam perjalanan tersebut.
Di hari kedua kunjungan Paus di Indonesia, saya merangkum beberapa fakta menarik, yang memberikan keteladanan bagi kita.
Tak dapat kita pungkiri, bahwa semangat merawat perdamaian dan persaudaraan apalagi dalam konteks antarumat beragama dan berkeyakinan, sangat penting untuk terus dipromosikan ke masyarakat luas, Indonesia yang meskipun saat ini dalam kondisi “baik-baik saja” masih perlu dilakukan upaya pertahanan dan penguatan agar prinsip perdamaian dan persaudaraan antarumat beragama dan berkeyakinan terus menjadi sebuah keniscayaan.
Dan kunjungan Paus Fransiskus di anggap sebagai momentum penting untuk memperkuat hubungan bilateral Indonesia-Vatikan dan menjadikan Indonesia sebagai barometer kehidupan beragama yang rukun dan damai, sebagaimana yang diungkap oleh Menteri Agama, Yaqut Cholis Qoumas.
Dengan karakternya yang sederhana dan mencintai kesederhanaan, kunjungan Paus Fransiskus dapat menjadi teladan bagi masyakakat Indonesia yang sedang dilanda wabah hedonisme dan suka pamer kekayaan.
Paus yang memiliki hak fasilitas istimewa dan mewah, tegas memilih yang sederhana, setiap bulan gereja Vatikan menyediakan gaji bulanan untuk Paus yang nyaris mencapai Rp500 juta.
Namun, Paus tidak mengambil gajinya dan memilih mendonasikan uang tersebut untuk kesejahteraan dan keberlanjutan gereja, yayasan, dan umat Katolik.
Kesederhanaan Paus juga terlihat saat Paus Fransiskus memilih menumpangi pesawat komersil dari pada pesawat jet pribadi dalam melakukan perjalanan apostoliknya. Ia juga memilih transportasi mobil sederhana yang umumnya banyak dipakai oleh masyarakat Indonesia, menolak tegas tawaran menginap di hotel mewah, Paus Fransiskus memilih menginap di rumah dinas Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta.
Ia begitu mencintai kesederhanaan, karena baginya kesederhanaan adalah kemewahan apalagi ditengah kondisi ekonomi dunia yang tidak pasti seperti sekarang ini.
Disaat yang sama, Paus juga dikenal memiliki sikap ramah anak. Setibanya di Indonesia, Paus Fransiskus disambut oleh perwakilan dua anak yang memberikannya karangan bunga yang menjadi simbol kerukunan antarumat beragama.
Dan dalam perjalanannya dari Bandara hingga rumah dinas Kedutaan Besar Vatikan, Paus tidak berhenti menebar senyum dan melambaikan tangan kepada anak-anak dan masyarakat yang menyapanya dari trotoar jalananan.
Paus juga tidak segan memberikan pelukan dan belaian kasih sayangnya kepada anak-anak, hingga memberikan hadiah cendramata Rosario sebagai ucapan terima kasih kepada anak-anak mempersembahkan lagu untuk Paus Fransiskus. Sebuah sikap yang juga wajib diikuti oleh masyarakat Indonesia yang tengah mengalami kondisi fatherless country.
Dengan kunjungan Paus ke Indonesia kita berharap membawa angin segar bagi tumbuhnya perdamaian dan persaudaraan antarumat beragama dan berkeyakinan yang karenanya masyakarat kita akan belajar dan mengambil hikmah atas keteladanan Paus Fransiskus.***












