KRAKATAU.ID, BANDAR LAMPUNG – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung mencatat bahwa kereta api menjadi moda angkutan terbesar yang digunakan oleh penumpang di Provinsi Lampung pada Juli 2025, dengan persentase mencapai 41,11 persen. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala BPS Provinsi Lampung, Ahmadriswan Nasution, dalam rilis resmi pada Rabu (1/10/2025).
Menurut Ahmadriswan, jumlah penumpang kereta api yang berangkat dari Stasiun Tanjung Karang tercatat sebanyak 74.258 orang pada Juli 2025. Angka ini mengalami penurunan sebesar 5 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu Juni 2025 yang mencatat 78.167 penumpang.
“Kereta api masih menjadi moda pilihan utama masyarakat untuk bepergian. Meskipun terjadi sedikit penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, persentasenya masih mendominasi dibanding moda transportasi lainnya,” jelas Ahmadriswan.
Sementara itu, penumpang kapal ferry yang berangkat melalui Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni tercatat sebanyak 54.089 orang pada Juli 2025. Jumlah ini menurun cukup signifikan, yakni 24,98 persen dibandingkan Juni 2025 yang mencapai 72.104 orang.
Dari sisi angkutan udara, jumlah penumpang pesawat udara yang berangkat dari Bandara Radin Inten II pada Juli 2025 tercatat sebanyak 52.281 orang, mengalami kenaikan sebesar 11,98 persen dibandingkan Juni 2025 sebanyak 46.687 orang. Sementara itu, jumlah penumpang yang datang melalui bandara yang sama mencapai 51.555 orang, naik 2,13 persen dari bulan sebelumnya yang mencatat 50.479 orang.
Selain angkutan penumpang, BPS Lampung juga mencatat perkembangan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Panjang. Barang yang dimuat tercatat sebanyak 3.127.083 ton pada Juli 2025, mengalami penurunan sebesar 2,76 persen dibandingkan Juni 2025 yang mencapai 3.215.760 ton. Demikian juga dengan barang yang dibongkar, yaitu sebanyak 803.805 ton, turun 11,68 persen dibandingkan Juni 2025 yang mencapai 910.123 ton.
“Data ini mencerminkan dinamika mobilitas masyarakat dan aktivitas logistik di Lampung. Perubahan-perubahan tersebut bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari musim liburan, kondisi cuaca, hingga kebijakan operasional masing-masing moda transportasi,” pungkas Ahmadriswan.***