Dari Pekon hingga Kecamatan, Lampung Barat Bangkit Lawan Polusi Plastik

KRAKATAU.ID, LAMPUNG BARAT — Gerakan menjaga lingkungan hidup di Kabupaten Lampung Barat bukan lagi sekadar seremoni tahunan. Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025, pemerintah daerah setempat menggelar aksi nyata dengan mengerahkan kekuatan kolektif hingga tingkat paling bawah: dari kantor kecamatan sampai wilayah pekon (desa).

Mengusung tema global “Beat Plastic Pollution” dan tema nasional “Hentikan Polusi Plastik”, aksi lingkungan ini menjadi simbol sinergi antara pemerintah dan masyarakat akar rumput dalam menghadapi ancaman serius sampah plastik.

Kegiatan diawali dengan apel bersama yang dipimpin oleh PLT. Asisten II Pemkab Lampung Barat, Sugeng Raharjo, diikuti oleh jajaran perangkat daerah serta tokoh masyarakat. Kepala Dinas Lingkungan Hidup, M. Henry Faisal, S.H., M.H., dalam sambutannya, menekankan bahwa upaya melawan polusi plastik harus dimulai dari kesadaran individu dan kolektivitas masyarakat.

“Polusi plastik bukan sekadar isu global, tapi juga persoalan nyata di lingkungan kita sendiri. Kami mendorong setiap kecamatan dan pekon menjadikan momentum ini sebagai titik balik untuk bergerak bersama,” tegasnya.

Yang menarik dari peringatan tahun ini adalah format aksi bersih-bersih yang dilakukan secara serentak di seluruh kecamatan dan pekon. Para aparat desa, pelajar, karang taruna, hingga ibu-ibu PKK turut turun tangan membersihkan ruang publik, saluran air, dan lingkungan sekitar dari sampah plastik.

Henry Faisal menyebut bahwa keterlibatan masyarakat di tingkat desa adalah elemen kunci dalam menjaga kelestarian lingkungan secara berkelanjutan.

“Perubahan tidak akan datang dari atas saja. Kita butuh kekuatan dari bawah — dari masyarakat — untuk benar-benar menciptakan Lampung Barat yang bersih dan hijau,” ujarnya.

Tidak berhenti di aksi satu hari, Pemerintah Kabupaten Lampung Barat juga berkomitmen untuk terus memperluas program-program ramah lingkungan, seperti pengurangan penggunaan plastik sekali pakai di instansi pemerintah, edukasi lingkungan di sekolah, serta pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

“Ini bukan acara simbolik, ini adalah gerakan yang harus terus kita hidupkan. Mari jaga bumi, satu-satunya rumah kita bersama,” tutup Henry Faisal.

Melalui pendekatan yang inklusif dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat, Lampung Barat menunjukkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari gerakan kecil di desa-desa.***