KRAKATAU.ID, PESAWARAN -— Sosok pendaki sepuh Mbah Basrowi, yang usianya hampir genap 80 tahun, kembali menapaki jejak masa lalunya di Puncak Leher Kambing, salah satu puncak di jajaran Pegunungan Pesawaran, Lampung. Pria yang akrab disapa Mbah Bas dan dikenal sebagai Juru Kunci Gunung Sukma Ilang itu melakukan pendakian pada Sabtu, 11 Oktober 2025 lalu.
Dengan ketinggian mencapai 1.616 meter di atas permukaan laut (mdpl), Puncak Leher Kambing dikenal dengan kabut tebal dan hamparan hutan lumut yang khas. Selain keindahan alamnya, di sisi kanan puncak juga terdapat sebuah gua alami yang menyimpan cerita tersendiri bagi sang pendaki senior.
“Ya pendaki yang sering naik ke sini, keindahan alam itu luar biasa. Lihat tuh ke sana-ke sini, bisa melihat laut, bisa melihat kota-kota di Tanjungkarang, Kota Panjang kelihatan, dari Gedong Tataan juga bisa dilihat dari sini. Terus kalau waktu kabut, lihat kanan-kiri kayak laut semua, itu uniknya kayak gitu,” tutur Mbah Bas dengan nada penuh kenangan saat berbincang dengan Krakatau.id di Puncak Leher Kambing, Sabtu (11/10).
Selain pesona panorama dari ketinggian, Mbah Bas juga mengenang keberadaan gua yang terletak di sisi kanan puncak utama.
“Kalau gua di sebelah kanan saya ini ada gua sederhana. Dulu waktu aku masuk sini pertama kali ada airnya itu, tapi sekarang sudah enggak ada airnya,” ujar warga Dusun Sinar Tiga, Kecamatan Way Ratai, Pesawaran.
Ia kemudian bercerita tentang awal mula menemukan gua tersebut, sekitar tahun 1980-an, ketika dirinya sering menjelajah hutan untuk mencari rotan.
“Ya waktu itu saya hanya main-main aja ke sini, sekitar tahun 1980-an. Kan dulu belum punya alat apa-apa ya, sambil main cari rotan zaman dulu itu, buat bikin tali-tali di rumah, anyam wadah untuk ngambil kopi di hutan,” kisahnya.
Namun perjalanan menemukan gua itu tidak mudah. Ia mengaku sempat tersesat di tengah hutan menjelang malam.
“Menemukan gua ini waktu itu hampir malam karena saya sendirian, enggak tahu arah mana. Ya terus saya nyusuri hutan jalan terus sendirian. Kalau tersesat, putus jalan, saya ngikutin kali (sungai) aja,” ungkapnya sambil tersenyum mengenang masa-masa itu.
Kini, meski usia hampir delapan dekade, semangat Mbah Basrowi untuk menjelajah alam tak pernah padam. Bagi masyarakat sekitar, kehadirannya menjadi simbol keteguhan dan kecintaan terhadap alam pegunungan Pesawaran yang menyimpan banyak cerita dan keindahan.***






