KRAKATAU.ID, TULANG BAWANG -— Saat matahari mulai condong ke barat dan langit mulai berwarna jingga, suasana di Dermaga Rawajitu tetap hidup. Di atas papan-papan kayu yang sudah menghitam dimakan usia, Anna dan suaminya, Angga, tengah bersiap menaiki sebuah speedboat yang akan membawa mereka pulang ke Wachyuni Mandira, sebuah desa kecil di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
“Ongkos 100 ribu per orang,” kata Anna, sambil mengangkat tas berisi kebutuhan pokok, Kamis sore (4/9/2025).
“Full barang, barang banyak sama, cuma bayar Rp100 ribu juga,” tambahnya, menjelaskan bahwa tarif tersebut sudah termasuk membawa barang-barang seperti beras dan sembako.
Dermaga Rawajitu, yang terletak di Kampung Gedung Karya Jitu, Kecamatan Rawajitu Selatan, Kabupaten Tulang Bawang, menjadi titik penting mobilitas warga lintas provinsi. Dari sini, speedboat-speedboat kecil menyeberang sungai menuju kawasan terpencil di Sumatera Selatan, seperti Wachyuni Mandira dan komplek perumahan karyawan perusahaan Pratama Nusantara Sakti (PNS) di Kecamatan Sungai Menang.
“Perjalanan dari dermaga ini memakan waktu sekitar 45 menit sampai ke rumah kami di Wachyuni Mandira,” ujar Anna.
Menurutnya, dermaga ini buka sejak subuh dan baru berhenti beroperasi menjelang matahari tenggelam, sekitar pukul enam sore. Aktivitas di dermaga ini padat, dengan ratusan kapal kecil yang silih berganti datang dan pergi, mengangkut penumpang serta barang kebutuhan pokok.
Yang menarik, menurut penuturan warga, dermaga ini bukan milik pemerintah, melainkan milik pribadi. Meski begitu, fungsinya sangat vital sebagai simpul transportasi dan distribusi logistik, terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan sulit dijangkau lewat jalur darat.
“Sistemnya nunggu penuh, enam orang udah beserta barang bawaan seperti sembako, beras, dan lainnya, baru berangkat,” kata Anna sambil tersenyum, terbiasa dengan sistem kolektif ini yang tak hanya efisien, tapi juga mempererat solidaritas sesama penumpang.
Di tengah perubahan zaman, Dermaga Rawajitu tetap berdiri tegak sebagai penghubung antar-wilayah dan antarmanusia. Sebuah simpul kecil di ujung timur Tulang Bawang yang memegang peran besar dalam kehidupan sehari-hari warga dua provinsi.***