Tiga Kapal, Satu Irama: Jadwal Penyeberangan Canti–Sebesi yang Tak Pernah Tertulis

KRAKATAU.ID, LAMPUNG SELATAN – Matahari belum tinggi ketika Ahmad Santawi (48), yang lebih dikenal dengan panggilan akrab Mat Ahong, berdiri di ujung Dermaga Canti, Desa Canti, Kecamatan Rajabasa. Dengan topi lusuh dan pandangan tajam ke arah lautan, ia berdiri di satu dari tiga kapal motor yang telah tiba dari Pulau Sebesi, Minggu (15/6/2025).

“Kalau dari Sebesi biasanya nyampe sini antara jam 9 sampai 9.30 pagi. Terus balik lagi ke Sebesi sekitar jam 2 siang,” tutur Mat Ahong saat berbincang dengan Krakatau.id di Dermga Canti, Minggu (15/6/2025).

Jadwal ini sudah menjadi semacam aturan tak tertulis yang dipahami oleh warga dan wisatawan yang ingin menyeberang. Meski tak tertulis di papan pengumuman resmi, ritme ini berjalan konsisten. Tiga kapal motor akan beroperasi setiap hari, mengangkut penumpang dari dan ke Pulau Sebesi. Namun yang menarik, kapal-kapal ini beroperasi dengan sistem giliran.

“Total ada 12 kapal dari Sebesi, dibagi untuk tiga dusun—Tejang, Segenom, dan Regahan Lada. Tapi yang jalan tiap hari cuma tiga kapal, bergiliran. Jadi enggak semua kapal bisa jalan setiap hari,” jelasnya.

Sistem ini menjadi solusi agar semua pemilik kapal mendapatkan bagian yang adil dalam operasional harian. Dusun Tejang, yang memiliki dermaga permanen dan lebih besar, sering menjadi titik utama keberangkatan. Sementara dermaga di Regahan Lada masih berbentuk papan kayu seperti di Canti, dan Dusun Segenom berbagi akses dengan Tejang.

Ahmad Santawi (48), yang lebih dikenal dengan panggilan akrab Mat Ahong.

Mat Ahong menyebut bahwa puncak keramaian penyeberangan biasanya terjadi di akhir pekan, terutama Sabtu dan Minggu. Saat itu, kapal bisa penuh oleh wisatawan yang hendak menjelajahi pesona alam Pulau Sebesi, atau bahkan menuju Gunung Anak Krakatau melalui sambungan pelayaran.

Baca Juga :   Jaksa Agung Muda Pidana Militer Kejagung RI Melakukan Kunjungan Kerja ke Kejati Lampung

“Kalau wisata, kapal bisa muat 50–60 orang tergantung besar kapal. Tapi untuk angkutan reguler, tarifnya Rp25 ribu per orang, sama juga kalau bawa motor. Tetap Rp25 ribu per kendaraan,” katanya.

Menurutnya rute dan jadwal menuju Pulau Sebuku pun ada, namun tidak sepadat rute ke Sebesi. Perahu tradisional “Ting Ting” melayani jalur ini, namun keberangkatannya tidak tetap.

“Kalau ke Sebuku, tergantung penumpang juga. Enggak pasti jadwalnya,” tambah Mat Ahong.

Menjelang pukul 14.00 WIB, suasana Dermaga Canti kembali ramai. Penumpang yang hendak kembali ke Sebesi mulai berdatangan, membawa barang belanjaan dan logistik. Para kuli panggul bersiap menyambut dan membantu, menjadikan dermaga ini sebagai simpul penting kehidupan pulau-pulau kecil di seberang.***