KRAKATAU.ID, PESAWARAN — Di balik pesona alam Gunung Betung yang memikat, tersembunyi sebuah kisah misterius yang tak lekang oleh waktu. Air Terjun Atas, yang terletak di sisi kiri jalur pendakian menuju puncak gunung dengan ketinggian 1.240 meter di atas permukaan laut, menyimpan lebih dari sekadar pemandangan indah. Di sana, cerita-cerita kelam dan peringatan bagi setiap pendaki yang melintasinya terus menggelayuti, menjadikan keindahannya sekaligus tempat yang penuh tanda tanya.
Bagi Agus Riyanto dan Dewanto, Penjaga Pos Pendakian Gunung Betung, tempat ini adalah zona terlarang bagi pendaki. Mereka berdua sering kali mengingatkan para pendaki untuk tidak mendekati air terjun ini, bahkan untuk sekadar menoleh ke arahnya.
“Kami selalu memberi pesan tegas, jangan sampai ada yang mencoba beraktivitas di sekitar air terjun,” kata Dewanto saat berbincang dengan Krakatau.id pada Minggu malam, 25 Januari 2025.
Air terjun yang menjadi salah satu spot favorit para pendaki ini ternyata menyimpan bahaya tersendiri. Sebelum ditempuh oleh jalur pendakian menuju puncak, pendaki akan melewati air terjun ini yang dulu merupakan camping ground kedua. Namun, sekarang kawasan tersebut dipenuhi semak belukar dan pepohonan, mengaburkan jejak-jejak masa lalu tempat perkemahan yang ramai.
Menurut Dewanto, kawasan sekitar air terjun ini pernah menjadi lokasi yang sering digunakan untuk camping, namun kecerobohan banyak pendaki yang suka berfoto selfie atau beraktivitas di sekitar air terjun menyebabkan banyaknya korban jiwa. Kebanyakan dari mereka tergelincir akibat batu yang licin di air terjun tersebut.
“Kami sudah mencatat puluhan korban sejak tempat ini dibuka,” tambah Dewanto.
Namun menurut Dewanto, bukan hanya kecelakaan fisik yang menjadi perhatian. Banyak pendaki yang melaporkan pengalaman aneh dan menyeramkan. Kesurupan sering terjadi di sekitaran air terjun ini, terutama bagi mereka yang mendirikan tenda di tempat yang dulunya merupakan tempat perkemahan.
“Dulu banyak yang berbuat tidak senonoh di sana, mungkin itu yang membuat makhluk halus merasa terganggu,” ungkapnya.

Fenomena kesurupan ini menjadi semakin nyata hingga akhirnya pihak pos pendakian Gunung Betung memutuskan untuk menutup akses ke air terjun atas dan melarang pendaki mendirikan tenda di sekitar lokasi tersebut. Bahkan plang peringatan pun telah didirikan di sana dan juga dua buah tiang pancang yang ditancapkan untuk melarang pendaki ke area tersebut. Sejak kebijakan ini diterapkan, kejadian-kejadian aneh dan kesurupan berangsur-angsur berkurang.
“Alhamdulillah, setelah kami tutup, sekarang sudah tidak ada lagi kesurupan atau kejadian aneh lainnya. Kita sebagai pendaki juga harus selalu menjaga kesopanan dan menghormati alam sekitar,” ujar Dewanto serius.
Gunung Betung memang memiliki daya tarik tersendiri, tetapi juga menyimpan peringatan bagi mereka yang tidak menghormati batas-batas alam.
“Jaga sikap, hormati alam, dan jangan pernah meremehkan kekuatan yang ada di sana,” tegas Dewanto.
Kisah tentang air terjun atas Gunung Betung adalah pengingat bahwa dalam keindahan alam, terkadang terdapat bahaya yang tidak bisa terlihat dengan mata telanjang.***






