KRAKATAU.ID, BANDARLAMPUNG – Ada yang menarik perhatian pada Misa Hari Buruh Internasional (May Day) yang dipimpin langsung oleh Uskup Tanjungkarang Mgr. Vincensius Setiawan Triatmojo, Rabu, 01 Mei 2024. Para petugas liturgi dari mulai kelompok paduan suara (koor), doa persembahan, dirigen dan lainnya mengenakan pakaian adat Nusantara. Tak sampai di situ, sebagai umat pun turut mengenakan busana adat.
Gagasan penggunaan pakaian adat pada Misa Hari Buruh ini adalah muncul dari Komunitas Pekerja Muda Katolik (PMK) Reborn dan Komisi Keadilan, Perdamaian, dan Pastoral Migran Perantau (KPPMP) Keuskupan Tanjungkarang yang diamini umat Stasi Santo Petrus Panjang.
Menariknya lagi, doa umat yang dipanjatkan dalam berbagai suku bahasa diantaranya; Batak, Jawa, Madura, Mandarin dan Flores atau Manggarai.
“Ngaji dami Mori latang sanggen ntaung Para Pekerja ata mose di ita’s sanggen di’a kamping Mose… Yo Mori nai nggeluk agu jari dedek kamping ami anak dite… Ita Ema Jari Di’a, ata titong ata kop agu palong ata di’a kamping mose dami anak dite. Paka sembeng koes lite sanggen ntaung roeng dite Para Pekerja, ata getut gejur agu ata giuk’s wintuk, teing sehat koes kali lite lawing weki’d agu tadang koes sanggen watang ata palang salang kawe hang dise Yo Mori.”
Bagi para pekerja khususnya yang masih belum Sejahtera:
Allah yang maha adil, Engkau memberikan banyak gagasan bagi ciptaanMu untuk memperjuangkan hidup mereka. Sertailah para pekerja khususnya yang masih belum sejahtera sehingga tak ada kata putus asa tapi penuh semangat untuk memenuhi martabat hidup, kerja dan kemanusiaannya.
Kami mohon…
Itu adalah isi salah satu doa umat yang menggunakan bahasa flores (manggarai) dan dikumandangkan dalam Misa bersama Uskup Tanjungkarang dan 12 romo konselebran.

Ketua KKPPMP Keuskupan Tanjungkarang Yuli Nugrahani mengutarakan bahwa penggunaan pakaian adat ini sebagai upaya nyata mempertahankan dan menghormati identitas budaya Nusantara.
“Ini bukan hanya menjadi simbol dari kebanggaan akan warisan budaya, tetapi juga merupakan cara yang kuat untuk menguatkan rasa persatuan, memupuk kepedulian sosial, dan memperkenalkan keberagaman budaya kepada kita semua yang mengikuti Misa May Day ini,” kata Yuli kepada Krakatau.id di Bandarlampung, Sabtu (4/5/2024).
Menurut Yuli, pakaian adat membawa makna mendalam yang mencerminkan nilai-nilai dan keyakinan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Dalam kesempatan ini Ketua KKPPMP Keuskupan Tanjungkarang menjelaskan tujuan diselenggarakan Misa Hari Buruh Internasional Bersama Uskup Tanjungkarang.
“Menguatkan kembali para buruh atau pekerja Katolik dalam iman untuk mewujudkan martabat kerja dan martabat kemanusiaan. Dan menyebarkan kepedulian terhadap situasi perburuhan dengan kontribusi tanpa kecuali dari umat beriman,” tandaasnya.**






